Kegiatan Rumah Pintar Pemilu

Pandemi Mampu Membangkitkan Nalar Kritis Pemuda

Sukoharjo, kpu.go.id - Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah kejadian yang sangat penting secara politik. Peristiwa ini menegaskan semangat nasionalisme yang ketika itu tengah menguat. Sumpah Pemuda juga dimaknai sebagai  tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia

Tema “Sumpah pemuda dan  momentum amalkan nilai kebangsaan serta kepekaan social”  menjadi perbincangan dalam Jagongan Demokrasi episode 11.  Narasumber Arian Agung Prasetya Ketua DEMA UIN Raden Mas Said Sukoharjo dan Presiden Mahasiswa Universitas Veteran (Univet) Bantara Sukoharjo Pandhu Panuntun dipandu host anggota KPU Sukoharjo Suci Handayani, Selasa (26/10/21) jam 10.00 WIB  di studio Jagongan Demokrasi kantor KPU Sukoharjo.

 Memaknai sumpah pemuda adalah wadah yang sangat toleran dan sangat cocok dengan Indonesia yang sangat plural dengan keberagaman, sebagaimana disampaikan Arian.

“Nuansa toleransi sangat tinggi dari berbagai kumpulan pemuda dari berbagai ras dan agama.” Ujarnya.

Presiden Mahasiswa Univet Bantara Sukoharjo Pandhu Panuntun memaknai sumpah pemuda sebagai ikrar suci kesepakatan bersama oleh pemuda-pemuda  yang melambangkan sebuah persatuan dan semangat nasionalisme sebagai pemuda yang amat mencintai Indonesia.

Tepat 93 tahun lalu sejumlah anak muda mengikrarkan Sumpah Pemuda,  bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."Maksud kalimat tersebut adalah para pemuda dan pemudi di Indonesia akan memperjuangkan kemerdekaan bangsa hingga titik darah penghabisan. Kemudian di alinea kedua, berbunyi 'mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia' . Maksud pada alinea kedua tersebut adalah sebagai pemuda dan pemudi Indonesia yang berasal dari suku, ras dan agama yang berbeda, tetapi tetap bersatu dalam satu bangsa, yaitu Indonesia.

Nasionalisme kebangsaan Indonesia kini seakan tergerus oleh semangat sektarianisme dan rasialisme yang rasanya tidak seperti  dengan tujuan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 , menurut pandangan Ardian saat ini ada dialektika dengan OKP, BEM dll, dahulu menemukan trend kesamaan nasib. Hari ini harusnya pemuda mengaktualisasikan kembali semangat kebersamaan yang diikrarkan para pemuda saat sumpah pemuda, harap Arian.

“Saat ini  kurang adanya  dinamika atau pemantik dan banyak informasi simpang siur misalnya sampah informasi membuat bias sehingga para pemuda terpecah dan itu sangat berpengaruh ,” jelas Pandhu Panuntun mensikapi terpecahnya pemuda karena perbedaan pandangan politik.

Terkait dengan tip untuk meminimalisir untuk tidak mudah percaya dengan berita hoax dan menjaga kesatuan persatuan jelang Pemilu Pemilihan 2024, Arian berpendapat semuanya  bisa dimulai dari diri sendiri dengan menjaga dan merawat  kewarasan diri menelaah informasi tidak dari satu sudut pandang kemudian  perlu dilakukan analisis sehingga bisa menyimpulkan kebenaran.

Sementara itu jika dilihat dalam situasi terkini (pandemi) , diera pandemi  justru meningkatkan  nalar kritis akan terasah dalam kondisi seperti ini, menjadi pemikir kritis untuk pemerintah/pemangku kebijakan untuk memberikan saran masukan untuk mengentaskan keluar dari situasi pandemi untuk menumbuhkan sector ekonomi

Pandhu lebih banyak memberikan dukungan dan menguatkan warga masyarakat saat menghadapi situasi pandemi yang belum berakhir saat ini.

Diakhir perbincangan Pandhu berpesan kepada pemuda agar tetap nyakin untuk mengapai masa depan yang cerah dan nyakini bahwa para pemuda calon pemimpin bangsa yang akan membangkitkan bangsa Indonesia ke depannya ,menjadi garuda yang besar.

Jagongan Demokrasi disiarkan YouTube dan Facebook KPU Sukoharjo dan Radio TOP FM (SH)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 81 kali